Hmm…
Pagi tadi, terperangah mendengar berita bahwa anak salah seorang pemusik papan atas Indonesia lakalantas di tol jagorawi di km 8+200. Penasaran akan hal itu, mulailah dicari kebenaran beritanya. Ternyata lakalantas bermula ketika mobil lancer evo (katanya) kehilangan kendali, menabrak pembatas dan melaju ke jalur sebelahnya yang berlawanan arah. Kemudian menabrak grandmax dan nabrak avanza. Jadi ceritanya tabrakan beruntun.
Menurut pemberitaan di koran online, kecepatan lancer ketika lakalantas adalah 105kpj. Waw… makanya remuk banget.
Lakalantas tersebut menewaskan 6 orang dari grandmax. Sementara anak pemusik tersebut patah di beberapa bagian.
Dari berita yang beredar dapat diketahui pula bahwa pengendara Lancer (anak pemusik papan atas Indonesia) tersebut MASIH berusia 13 tahun. Dengan usia segitu, ga usah nanya SIM dah. Ga mungkin punya SIM.
Ironi memang.
Miris memang.
Lakalantas ini wajib menjadi pembelajaran bagi setiap orang tua dan juga polisi. Orang tua harus mementingkan keselamatan si anak daripada menuruti tiap keinginan dia. Jangan sampai karena rasa kasihan sesaat, orang tua harus kehilangan si anak. Ga selamanya menuruti kemauan anak itu baik.
Lihat deh sekeliling kita, banyak sekali anak belum cukup umur yang sudah pede membawa mobil atau motor. Bahkan rata-rata memang dibelikan khusus untuk si anak.
Bagi polisi, harusnya lebih tegas lagi. Yang terjadi, polisi seakan-akan membiarkan hal ini (anak-anak membawa kendaraan bermotor) terjadi. Masalahnya terlalu banyak yang seperti ini. Kalau pihak kepolisian berdalih sudah berusaha untuk mencegahnya, baik persuasif ataupun preventif, maka perlu dipertanyakan lagi apakah sudah maksimal? Apakah secara konsisten?.
Kadang sata curiga, bahwa pembiaran seperti ini bertujuan agar mereka tidak kehilangan sumber penghasilannya. Jika semua sudah tertib, maka otomatis polisi ga bisa nyari uang tambahan lagi donk. Ini hanya kecurigaan semata loh, hehehe.
Khusus pengendara mobil, di daerah Situbondo terkesan dapat perlakuan istimewa. Hampir tidak pernah ada operasi khusus bagi pengendara mobil, kecuali operasi gabungan. Itupun jarang atau dilakukan malam hari. Padahal banyak, pelajar, yang menurut penilaian saya, belum punya SIM tapi menyetir mobil.
Bandingkan dengan operasi untuk pengendara motor. Bahkan tidak operasian pun ada aja alasan untuk ‘menilang’ pengendara motor.
Kembali ke lakalantas anak pemusik.
Saya tidak akan menghakimi siapa yang salah (dalam lakalantas). Karena memang bukan kapasitas saya, biarlah olah TKP polisi yang menguak semuanya. Apakah pengemudi lancer menghindari sesuatu, atau mengantuk, atau memang iseng ingin mencoba adegan film, atau biar dikatakan keren oleh temen-temennya (kalau berhasil lolos dan selamat dari jalan berlawanan arah). Apakah dia akan diproses sesuai hukum yang berlaku? Kita tunggu kabar-kabar selanjutnya, hehhehe
menyesal selalu dibelakang, 13th udah dapet lancer :rooleyes:
SukaSuka
La iyo…
SukaSuka
tul
SukaSuka
ngerii
SukaSuka
Sekarang malah supir & pemilik grandmax yg mau diselidiki..
news.detik.com/read/2013/09/09/061650/2352753/10/polisi-bidik-pengemudi-gran-max-dalam-tabrakan-maut-tol-jagorawi
kalau alasannya kelebihan muatan & modifikasi tempat duduk jadi menyamping, apa bedanya sama mobil2 yg dijadikan angkot?
SukaSuka
Hahaha… itulah Indonesia… hukum tajam ke bawah tumpul ke atas
SukaSuka